Minggu, 07 Agustus 2016

Not just about Cocard

Itukan nomor biasa !
Apa istimewanya nomor tersebut?
Saya rasa sama saja nomor tersebut dengan nomor-nomor yang lain.


Banyak yang bertanya-tanya apa istimewanya nomor tersebut. Bukankan sama dengan nomor-nomor lainnya. Lalu apa yang membuat saya memiliki kesan tersendiri terhadap nomor tersebut.
Nomor tersebut memang sangat berarti bagi saya. Mengapa? Ya karena itu adalah identitas yang saya gunakan selama seleksi di Nasional Camp GMB 2016. Meskipun peserta lain juga menggunakan identitas yang sama. Namun ada sisi dimana nomor ini menjadi istimewa dimata saya. Ada cerita tersendiri bagi diri saya pribadi terkait nomor ini.
Cerita berawal saat kita sudah dikelompokkan menjadi beberapa kelompok penampilan, dan saya dimasukkan kelompok 12. Kelompok terbuncit dari semua kelompok yang ada. Tiba-tiba saya mendapatkan sebuah pesan di Whattshap saya yang menyatakan kita satu kelompok penampilan dan akhirnya kita berinisiatif membuat group tersendiri sebagai wadah kita berdiskusi. Walhasil group sudah dibentuk dan mulailah kita diskusi ringan terkait penampilan apa yang akan ditampilkan saat pentas nanti. Ada yang usul puisi, tari, dan yang pasti adalah nyanyi. Lama sekali kita belum menemukan keputusan yang pas untuk penampilan apa yang akan kita tampilkan saat pentas nanti.
Hingga akhirnya H-7 saya mencoba menyampaikan ide yang lain terkait penampilan. Saya mengusulkan tampilan drama siluet, karena bagi saya tampilan puisi, nyanyi, dan tari sudah sangat umum dan pasti kelompok lain akan menampilkan hal tersebut. Akhirnya usul diterima dan disetujui bahwa kelompok ini akan menampilkan siluet saat penampilan nanti.
Dengan disetujui usulan tersebut, maka pasti akan banyak hal-hal yang perlu disiapkan terkait penampilan siluet. Saya diamanahi untuk membuat naskah drama siluet, dan teman-teman yang lain mencoba menyiapkan barang-barang yang sudah dilist untuk mendukung seperti lampu sorot, kain, dll.
Ternyata mencari ide untuk drama siluet tidaklah mudah, apalagi ada kewajiban yang harus diakomodir seperti ada lagu daerah dan juga ada jingle Gerakan Mari Berbagi yang harus ditampilkan. Alhasil cukup lama saya berkutat untuk mencari ide dramanya. Hal ini membuat saya tidak sempat memikirkan untuk membuat cocard yang menjadi salah satu kewajiban peserta juga kala itu. Muncul ide kreatif saya jika meminta tolong teman setim untuk membuatkan cocard bagi saya agar saya bisa fokus membuat naskah dramanya. Tidak disangka-sangka teman satu kelompok saya tersebut dengan senang hati mau membuatkan cocard saya lengkap dengan tempat cocardnya hehe
Alhamdulillah dengan clearnya masalah cocard, ide untuk naskah drama pun muncul dan akhirnya naskah tersebut bisa diselesaikan dalam waktu 1 malam. Segera saya share naskah tersebut sehingga dapat dipelajari oleh anggota kelompok yang lain.
Namun ternyata masalah belum selesai sampai disitu, banyak anggota tim yang mendadak mengabari tidak bisa hadir dalam Nasional Camp karena kesibukannya masing-masing. Alhasil personil yang awalnya sangat cukup untuk menampilkan siluet menjadi sangat kekurangan karena memang tenaga untuk menyukseskan tampilan siluet cukup banyak. Dan berfikir keraslah kami satu tim, bagaimana solusi terbaik yang dapat diambil sehingga drama siluet dapat sukses dilaksanakan. Akhirnya kita mengambil jalan jika satu orang dapat melaksanakan double peran dan karakter.
Tibalah saat pertama kita jumpa dengan yang membuatkan saya cocard tersebut. Di stasiun Bogor kita mulai bertemu dan cocard yang saya minta sudah diserahkan. Lega rasanya karena tugas membuat cocard juga selesai dan gratis tanpa disuruh untuk membayar hehehe
Namun ternyata banyak peserta yang juga belum membuat cocard dan cerdasnya lagi ada salah satu peserta yang membuat banyak cocard dan menjualnya untuk para peserta lain. Sungguh lahan bisnis yang embuk menurut pandangan saya J
Selama di Ciawi saya mendapatkan nomor 5B untuk mengarunggi berbagai aktivitas yang padat, mungkin karena cocard ini gratisan jadi sering kali tertiup angin sehingga nomor terbalik yang membuat panitia sering kali membetulkan posisi cocard saya tersebut agar dapat melihat nomor identitas saya.
Meskipun di penampilan belum optimal hasil yang didapat karena ternayat kain yang dibawa rekan saya sangat tebal jadi tidak terlihat bayangan yang ditampilan dalam drama siluet tersebut. Namun kami cukup puas karena itulah hasil kerja keras kita satu tim.
Terakhir Alhamdulillah saat ini saya diberi kesempatan untuk belajar ke tahap YA & YLF 2016 dengan nomor keberuntungan 5B. Namun sedihnya teman yang membuatkan cocard saya justru belum lolos ke tahap ini. Tapi setidaknya cocardmu yang sampai YA & YLF meskipun bukan orang yang membuatnya secara langsung J
Terima kasih KESI KURNIA teman saya yang berasal dari Karawang yang sudah memberikan saya kado cocard  yang tidak akan pernah saya lupakan. See you again on the other time :D

Bekerja keraslah! Impianmu akan menghampiri!


Di pagi hari ini saya ingin berbagi cerita tentang sahabat saya yang sedari kecil sudah merasakan kerasnya kehidupan sehingga dapat mengantarkan dia sekuat saat ini. Dia adalah adalah pemuda asli lombok yang lahir 21 tahun silam. Siapakah dia? Yupz betul, inilah Lalu Hendri Nuriskandar. Dia biasa dipanggil Lalu.


Lalu merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Dia sudah harus mulai hidup mandiri sejak usianya baru menginjak 6 tahun dikarenakan kedua orang tuanya bercerai dan hal ini mengakibatkan dia harus tinggal bersama nenek dan bibiknya. Masa kecilnya dihiasi dengan rutinitas membantu bibinya mengembala kambing, menyabit rumput, menjadi kuli di sawah orang, dan juga sesekali menjadi kuli bangunan. Tuntutan untuk dapat menyambung hidup dan mengidupi kedua adiknya membuat dia tidak pernah mengeluh dengan keadaanya saat itu. Meskipun capek namun dia ikhlas melakukannya. Dia melakukan pekerjaan tersebut sampai usia 15 tahun, kira-kira sampai lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama).
Beranjak dewasa, Lalu mulai berfikir. Dia mulai jenggah dengan keadaannya saat itu. Dia mulai banyak mengeluh dengan mengatakan “Sampai kapan saya akan jadi pengembala seperti ini?”. Dia pun mulai merancang masa depannya dengan berusaha sekuat tenaga untuk dapat diterima dan melanjutkan studinya di Sekolah Menengah Atas (SMA) favorit di daerahnya. Dia belajar dengan tekun tak kenal waktu, supaya impiannya tersebut dapat terwujud. Namun apa mau dikata, dia tidak diterima di SMA impiannya. Mungkin dikarenakan nilainya masih kurang jika dibandingkan teman-temannya yang mendaftar kala itu.
Lalu tidak menyerah, meskipun tidak diterima di SMA favorit impiannya. Dia berusaha untuk tetap melanjutkan sekolahnya. Dia disarankan untuk mondok di salah satu pondok pesantren di kabupaten Lombok Tengah. Alhamdulillah dia diterima dan mulailah kehidupan barunya, tinggal di asrama pondok pesantren.
Tahun pertamanya di pondok pesantren, ternyata tidak terlalu susah baginya untuk adaptasi. Dia merasa sudah biasa dengan kehidupan pondok yang sederhana dan memiliki ikatan kekeluargaan yang sangat kental. Dia belajar dengan tekun dan juga rajin mengikuti kegiatan organisasi di pondok tersebut. Hingga akhirnya di tahun pertamaya dia sudah diamanahi menjadi anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di bidang jurnalistik.
Lalu terus menempa diri selama di pondok pesantren, dia tidak mau menjadi siswa biasa saja disana. Dia selalu aktif untuk berorganisasi karena dengan berorganisasi dia memiliki pengalaman yang luas dan kenal dengan banyak orang di pondok pesantren tersebut. Hingga di tahun ketiganya di pondok pesantren dia dipercaya untuk mengemban amanah menjadi wakil ketua OSIS dan juga menjadi ketua organisasi santri di pondok tersebut. Meskipun memiliki segudang kesibukan namun Lalu tidak melupakan tugas utamanya untuk belajar, dia sangat rajin untuk belajar ditengah kesibukkannya di organisasi. Hingga saat lulusan dia dinobatkan sebagai lulusan terbaik di tingkat Madrasah Aliyah (MA) di pondok. Sungguh capaian yang luar biasa bagi anak desa yang memiliki semangat dan impian besar untuk masa depannya.
Setelah lulus dari pondok pesantren, Lalu memiliki mimpi untuk dapat melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Namun dia kembali ke Mataram karena dia ternyata sudah diterima di IAIN Mataram  jalur bidikmisi. Dia memang sangat berharap mendapatkan bantuan beasiswa bisikmisi agar dia dapat melanjutkan sekolahnya di pendidikan tinggi, selain itu dia juga berharap dengan diterimanya dia melalui jalur bidikmisi ayahnya yang bekerja sebagai Tenaga Keja Indonesia (TKI) di Malaysia dapat berhenti dari pekerjaanya agar dapat lebih dekat dengan keluarganya di Lombok. Namun apadaya adik-adiknya dirumah juga harus dihidupi sehingga harapan Lalu agar dapat dekat dengan ayahnya belum dapat terwujud.
Di tahun pertama kuliah, Lalu sangat semangat untuk belajar dan hasilnya adalah dia mendapatkan Indeks Prestasi (IP) 4. Di tahun keduanya kuliah dia sudah mulai aktif mengikuti organisasi di kampusnya. Dia dipercaya menjadi ketua komisariat ikatan mahasiswa alumni pondok dan juga diamanahi menjadi bendahara di pramuka. Prestasinya selama di organisasi sangat bagus, organisasi menjadi lebih maju dan memiliki dampak positif bagi lingkungan kampusnya.
Hingga akhirnya ditahun ketiganya dia dipercaya menjadi ketua dewan racana di pramuka dan menjadi koordinator forum mahasiswa hukum islam Indonesia wilayah Nusa Tenggara Barat. Baru sekaranglah dia sadar bahwa anak pengembala kambing seperti dirinya tenyata bisa menjadi seorang pemimpin. Dari pengalamannya mengembala kambing ternyata dia menjadi seseorang yang memiliki mental baja dan pantang menyerah untuk menggapai semua yang dia impikan. Ini sangat bermanfaat bagi dirinya saat menjadi pemimpin di kampusnya.
Dengan segala prestasinya di kampus, Lalu tidak lupa untuk membangun desa tempat tinggalnya. Dia mulai gerakan untuk dapat menggerakkan pemuda desanya dengan mengaktifkan remaja masjid, meskipun belum begitu berhasil namun dia tetap berupaya agar masyarakat di desanya dapat menjadi maju dan mapan. Selain itu, Lalu juga sedang berusaha untuk membuat rumah baca bagi anak-anak desanya.
Sekian cerita motivasi yang dapat saya bagikan di pagi yang cerah ini, semoga ada nilai yang didapatkan dengan membaca cerita tersebut dan dapat menambah semangat kita untuk mau berupaya demi masa depan yang lebih baik.




-Moch Huda Kurniawan-
Muslim, Muda, Mandiri