Di pagi hari ini saya ingin berbagi cerita tentang sahabat saya
yang sedari kecil sudah merasakan kerasnya kehidupan sehingga dapat
mengantarkan dia sekuat saat ini. Dia adalah adalah pemuda asli lombok yang lahir
21 tahun silam. Siapakah dia? Yupz betul, inilah Lalu Hendri Nuriskandar. Dia
biasa dipanggil Lalu.
Lalu merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Dia sudah harus
mulai hidup mandiri sejak usianya baru menginjak 6 tahun dikarenakan kedua
orang tuanya bercerai dan hal ini mengakibatkan dia harus tinggal bersama nenek
dan bibiknya. Masa kecilnya dihiasi dengan rutinitas membantu bibinya
mengembala kambing, menyabit rumput, menjadi kuli di sawah orang, dan juga
sesekali menjadi kuli bangunan. Tuntutan untuk dapat menyambung hidup dan
mengidupi kedua adiknya membuat dia tidak pernah mengeluh dengan keadaanya saat
itu. Meskipun capek namun dia ikhlas melakukannya. Dia melakukan pekerjaan
tersebut sampai usia 15 tahun, kira-kira sampai lulusan SMP (Sekolah Menengah
Pertama).
Beranjak dewasa, Lalu mulai berfikir. Dia mulai jenggah dengan
keadaannya saat itu. Dia mulai banyak mengeluh dengan mengatakan “Sampai kapan
saya akan jadi pengembala seperti ini?”. Dia pun mulai merancang masa depannya
dengan berusaha sekuat tenaga untuk dapat diterima dan melanjutkan studinya di
Sekolah Menengah Atas (SMA) favorit di daerahnya. Dia belajar dengan tekun tak
kenal waktu, supaya impiannya tersebut dapat terwujud. Namun apa mau dikata,
dia tidak diterima di SMA impiannya. Mungkin dikarenakan nilainya masih kurang
jika dibandingkan teman-temannya yang mendaftar kala itu.
Lalu tidak menyerah, meskipun tidak diterima di SMA favorit
impiannya. Dia berusaha untuk tetap melanjutkan sekolahnya. Dia disarankan
untuk mondok di salah satu pondok pesantren di kabupaten Lombok Tengah.
Alhamdulillah dia diterima dan mulailah kehidupan barunya, tinggal di asrama
pondok pesantren.
Tahun pertamanya di pondok pesantren, ternyata tidak terlalu susah
baginya untuk adaptasi. Dia merasa sudah biasa dengan kehidupan pondok yang
sederhana dan memiliki ikatan kekeluargaan yang sangat kental. Dia belajar
dengan tekun dan juga rajin mengikuti kegiatan organisasi di pondok tersebut.
Hingga akhirnya di tahun pertamaya dia sudah diamanahi menjadi anggota
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di bidang jurnalistik.
Lalu terus menempa diri selama di pondok pesantren, dia tidak mau
menjadi siswa biasa saja disana. Dia selalu aktif untuk berorganisasi karena
dengan berorganisasi dia memiliki pengalaman yang luas dan kenal dengan banyak
orang di pondok pesantren tersebut. Hingga di tahun ketiganya di pondok
pesantren dia dipercaya untuk mengemban amanah menjadi wakil ketua OSIS dan
juga menjadi ketua organisasi santri di pondok tersebut. Meskipun memiliki segudang
kesibukan namun Lalu tidak melupakan tugas utamanya untuk belajar, dia sangat rajin
untuk belajar ditengah kesibukkannya di organisasi. Hingga saat lulusan dia
dinobatkan sebagai lulusan terbaik di tingkat Madrasah Aliyah (MA) di pondok.
Sungguh capaian yang luar biasa bagi anak desa yang memiliki semangat dan
impian besar untuk masa depannya.
Setelah lulus dari pondok pesantren, Lalu memiliki mimpi untuk
dapat melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Namun dia kembali ke Mataram karena dia
ternyata sudah diterima di IAIN Mataram jalur bidikmisi. Dia memang sangat berharap
mendapatkan bantuan beasiswa bisikmisi agar dia dapat melanjutkan sekolahnya di
pendidikan tinggi, selain itu dia juga berharap dengan diterimanya dia melalui
jalur bidikmisi ayahnya yang bekerja sebagai Tenaga Keja Indonesia (TKI) di
Malaysia dapat berhenti dari pekerjaanya agar dapat lebih dekat dengan
keluarganya di Lombok. Namun apadaya adik-adiknya dirumah juga harus dihidupi
sehingga harapan Lalu agar dapat dekat dengan ayahnya belum dapat terwujud.
Di tahun pertama kuliah, Lalu sangat semangat untuk belajar dan
hasilnya adalah dia mendapatkan Indeks Prestasi (IP) 4. Di tahun keduanya
kuliah dia sudah mulai aktif mengikuti organisasi di kampusnya. Dia dipercaya
menjadi ketua komisariat ikatan mahasiswa alumni pondok dan juga diamanahi
menjadi bendahara di pramuka. Prestasinya selama di organisasi sangat bagus,
organisasi menjadi lebih maju dan memiliki dampak positif bagi lingkungan
kampusnya.
Hingga akhirnya ditahun ketiganya dia dipercaya menjadi ketua dewan
racana di pramuka dan menjadi koordinator forum mahasiswa hukum islam Indonesia
wilayah Nusa Tenggara Barat. Baru sekaranglah dia sadar bahwa anak pengembala
kambing seperti dirinya tenyata bisa menjadi seorang pemimpin. Dari pengalamannya
mengembala kambing ternyata dia menjadi seseorang yang memiliki mental baja dan
pantang menyerah untuk menggapai semua yang dia impikan. Ini sangat bermanfaat
bagi dirinya saat menjadi pemimpin di kampusnya.
Dengan segala prestasinya di kampus, Lalu tidak lupa untuk
membangun desa tempat tinggalnya. Dia mulai gerakan untuk dapat menggerakkan
pemuda desanya dengan mengaktifkan remaja masjid, meskipun belum begitu
berhasil namun dia tetap berupaya agar masyarakat di desanya dapat menjadi maju
dan mapan. Selain itu, Lalu juga sedang berusaha untuk membuat rumah baca bagi
anak-anak desanya.
Sekian cerita motivasi yang dapat saya bagikan di pagi yang cerah
ini, semoga ada nilai yang didapatkan dengan membaca cerita tersebut dan dapat
menambah semangat kita untuk mau berupaya demi masa depan yang lebih baik.
-Moch Huda Kurniawan-
Muslim, Muda, Mandiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar